Persatuan Petani Moro-Moro Way Serdang (PPMWS) mendesak pemerintah menyelesaikan berbagai konflik agraria. Desakan itu disampaikan mereka untuk memperingati Hari Tani Nasional, besok (24/09).
Juru bicara PPMWS, Eko Baday, dalam pesan eletroniknya yang diterima di Jakarta, Senin (23/09), mengatakan, hasil sensus pertanian awal September lalu menyebutkan, jumlah rumah tangga petani sebanyak 26,13 juta. Angka ini menurun sebanyak 5,04 juta rumah tangga selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Artinya, rata-rata setiap tahun berkurang 500.000 keluarga petani.Disisi lain, jumlah perusahaan pertanian bertambah dari 4.011 pada 2003 menjadi 5.486 pada 2013. Data ini menunjukkan, distribusi tanah-tanah pertanian lebih diprioritaskan pada perusahaan dibanding petani. “Padahal, katanya, Indonesia adalah negara agraris,” kata Eko.
PPMWS memandang, hal semacam inilah yang pada akhirnya menyebabkan meletusnya konflik agraria diberbagai wilayah, tak terkecuali di kawasan Register 45, Mesuji, Lampung. “Konflik agraria selama belasan tahun di Register 45 dipicu oleh ketidakadilan akses terhadap sumber-sumber agraria yang pada akhirnya membuat konflik menjadi semakin kronis,” ujar dia.
Selain penyelesaian konflik agraria, PPMWS juga mendesak pemerintah memenuhi hak-hak konstitusional masyarakat Moro-Moro di kawasan Register 45, Kabupaten Mesuji, Lampung. Pasalnya, hak-hak mereka terkesan diabaikan akibat konflik agraria. Misalnya, warga Moro-Moro tidak mendapatkan dokumen kependudukan, seperti KTP dan akta kelahiran. Imbasnya, mereka kesulitan mengakses kesehatan dan pendidikan. “Kami kira jalan keluar konflik di Register 45 adalah melakukan reforma agraria disektor kehutanan dengan mengatur ulang akses terhadap sumber daya hutan yang lebih berkeadilan,” kata Eko.
Dia menambahkan, dalam peringatan Hari Tani Nasional, PPMWS tidak turun ke jalan. Mereka lebih memilih menggelar pendidikan anggotanya dan memulai pembangunan pusat kegiatan belajar bagi petani. “Hal ini kami perhitungkan dengan situasi keamanan di Mesuji yang belakangan bergejolak,” ujarnya.