Perkembangan industrialisasi di Wilayah DAS Brantas harus mempertimbangkan Keberadaan sungai sebagai bagian ekologis wilayah dan bukan hanya menjadikan sungai menjadi sarana pembuangan air limbah industri. Selain mengembangkan kawasan industri seperti pabrik tebu, pabrik penyedap makanan, pabrik keramik, pabrik kertas dan pabrik baja serta industri infrastruktur lainnya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga harus Mendorong upaya pengelolaan sungai menjadi sumber kegiatan ekonomi bagi masyarakat sekaligus kegiatan yang mendorong terjaminnya kelestarian lingkungan hidup. Mengingat potensi perikanan dan kondisi perairan yang semakin membaik.
Sejak tanggal 8 hingga 15 September 2014 Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ecoton) bekerjasama dengan Institut Pemulihan dan Perlindungan Sungai (Inspirasi) Wringinanom didukung oleh Perkumuplan TELAPAK Jatim melakukan kegiatan Sensus Ikan Kali Brantas yang ada di Kabupaten Kediri (Kecamatan Papar, Purwoasri) kabupaten Nganjuk (kecamatan Baron dan Kecamatan Kertosono) Kabupaten Jombang (Megaluh), Kabupaten Gresik, wilayah Kecamatan Wringinanom hingga Kecamatan Driyorejo yang meliputi Desa Kedunganyar, Desa Sumberame, Desa Wringinanom, Desa Lebani Waras, Desa Sumengko, Desa Pasinan Lemah putih, Desa Krikilan, Desa Driyorejo dan Desa Cangkir. Dari kegiatan sensus ikan ini disimpulkan bahwa kondisi Air Kali Surabaya di wilayah Wringinanom dalam kondisi baik karena tingginya tingkat keragaman ikan yang ditangkap dan kandungan Oksigen terlarut dalam air sesuai dengan standar PP 82/2001 dan Perda 2/2008 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang menempatkan kali Surabaya dalam Sungai kelas 2 dimana Oksigen terlarut dalam air tidak boleh kurang dari 4 mg/L.
Temuan Jenis Ikan Yang Beragam
Sepuluh orang nelayan menggunakan jaring dengan diameter 8 meter dan panjang jaring 16 meter dengan mengunakan 5 perahu dan 4 peneliti dari Inspirasi, ecoton dan Telapak menumpang dua perahu karet melakukan penebaran jaring melintasiBrantas Hilir , jaring ikan yang ditebar sebanyak 400 kali tebaran mendapatkan beragam jenis ikan seperti :
1. Rengkik Hemibragus nemurus
2. Papar Notopterus notopterus
3. Kuthuk Channa striatus
4. Montho Ostechillus hasseltii
5. Jambal Pangasius Djambalis
6. Bader bang Barbodes balleroides
7. Bader putih Barbodes gonionotus
8. Ulo Laides longibarbis
9. Kething Mystus pla
10 . jendil Pangasius nemurus
11. Berot Mastacembulus unicolor
12. Suckermout Pterygolyplichthys pardalis
13. Kuniran Mystacoleucus marginatus
14. Lokas
jenis ikan yang didapatkan pada tahun 2014 jauh meningkat bila dibandingkan dengan tangkapan 2012 dan 2013.” Ikan yang tertangkap pada kegiatan sesnus ikan di Kali Surabaya 2014 ini jauh lebih banyak dari segi keragaman spesies dan berat ikan,” Ujar Daru Setyo Rini M.Si Direktur Inspirasi. Lebih lanjut alumni FMIPA Universitas Airlangga ini menyatakan bahwa pada sensus ikan 2014 ini jenis rengkik dan jenidl yang ditangkap rata-rata seberat 2,5 Kg padahal tahun lalu hanya dibawah 1 kg. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi Kali Brantas di bagian hilir di Wilayah Wringinanom dan Driyorejo telah menunjukkan perbaikan kualitas air.” Beragamnya jenis ikan dan ikan-ikan dengan berat badan diatas 2 kg menunjukkan bahwa kondisi sungainya dalam kondisi sehat karena kualitas air yang bagus dan suplai makanan yang cukup sehingga ikan bisa tumbuh secara optimal dan jenis makanan yang beragam membuat keberagaman jenis ikannya tinggi.
Salah satu penyebab meningkatkan kualitas air adalah Industri sudah melakukan optimalisasi pengolahan air limbah sehingga air limbah yang keluar tidak menimbulkan penurunan kualitas air secara drastis. Namun demikian masih banyak ancaman yang dapat menurunkan kualitas air dan populasi ikan di Kali Brantas
Kualitas air yang membaik
Salah satu indicator kualitas air adalah tingkat kandungan oksigen terlarut (KOT) dalam air . Semakin tinggi KOT suatu perairan makan semakin baik kualitas air di perairan tersebut. “Kandungan Oksigen Terlarut dalam air Sungai Brantas diatas 4 mg/L, artinya kondisi kualitas airnya sesuai dengan baku mutu air kelas dua yang bagus untuk budidaya,” Ungkap Daru Setyo Rini M.Si
Sepanjang 18 Km penyusuran terdapat 10 stasiun pemantauan kualitas air dan pada semua lokasi KOT menunjukkan diatas 4 mg/L.Kondisi ini sangat ideal bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan, karena jenis ikan seperti Bader dapat tumbuh secara optimal dengan kondisi KOT 2,6 mg/L. Membaiknya kondisi perairan di WilayahBrantas hilir ini karena sudah banyak industri yang memiliki Instalasi Pengolahan air limbah, sehingga air limbah yang dibuang tidak menurunkkan kualitas air.
Ancaman Perilaku Manusia yang destruktif
Kondisi perikanan yang membaik ini terancam oleh aktivitas manusia yang ada disepanjang Sungai, karena perilaku masyarakat di Brantas hilir banyak membawa dampak merugikan yang bersifat destruktif merusak sungai, perilaku yang terpantau selama penelitian adalah :
1. Pembuangan sampah domestik kebadan air seperti sampah dapur, tas plastic, popok bayi dan pembalut wanitas
2. Alihfungsi bantaran menjadi pemukiman, kegiatan usaha dan industri, dari pantauan kami menunjukkan bahwa wilayah bantaran Kecamatan wringinanom pada tahun lalu relatif steril dari bangunan namun kini banyak dijumpai kegiatan usaha dan pemukiman. Kondisi yang mengkhawatirkan adalah wilayah Kecamatan Driyorejo yang kondisi bantarannya semakin disesaki oleh bangunan, mengingat banyak kegiatan industri di wilayah ini yang memiliki pegawai yang bermukim disekitar sungai.
3. aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan stroom (aliran listrik) dan racun potassium.
“Masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai brantas hilir banyak yang membuang sampah kesungai sehingga diperlukan upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemkab yang dilewati sungai untuk mengendalian dan melakukan sosialisasi pemilahan sampah dan pelarangan pembuangan popok di Sungai” Ujar Riska Darmawanti.
Perlu Intervensi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Dirjen Sumberdaya Air untuk memajukan Sektor Perikanan
1. Mendorong lahirnya kelompok-kelompok budidaya perikanan darat di Wilayah Hilir Kali brantas di segmen Kali Surabaya. Untuk memanfaatkan potensi perikanan darat maka perlu ada stimulan dari Pemerintah kepada masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai brantas di Wringinanom untuk mengembangkan keramba apung atau budidaya perikanan di bantaran sungai, sehingga selain dapat meningkatkan perekonomian warga juga bisa melakukan kontrol kualitas air dan potensi untuk dikembangkan menjadi sarana wisata
2. Pengendalian sampah domestik, Pemprov harus menyediakan sarana tempat sampah Sementara di Wilayah DAS Brantas Hilir khusus untuk desa-desa di tepi sungai sehingga masyarakat tidak membuang sampahnya ke Sungai
3. Melakukan pengawasan terhadap limbah industri dengan melibatkan Pemerintah Desa/kecamatan. Untuk memantau ratusan industri di Wringinanom dan Driyorejo Pemkab membutuhkan dukungan personil yang lebih banyak dan bisa melibatkan pemerintah Desa/kecamatan
4. Pengendalian dan pengawasan penangkapan ikan dengan menggunakan stroom dan racun
5. Pengendalian Pemanfaatan kawasan sempadan diluar fungsi Konservasi karena dalam Perda tata Ruang Kabupaten Gresik menyatakan bahwa kawasan sempadan di Wilayah Wringinanom dan Driyorejo adalah kawasan lindung.
6. Penetapan kawasan suaka ikan untuk wilayah perairan sungai brantas di Wringinanom. Penetapan ini sudah ada Pergub tahun 2014 namun perlu dukungan dari Pemkab untuk melakukan upaya pelestarian.